
Zikir ini hanya memenuhi kalbu dengan kesadaran yang sangat dekat dengan Allah, seirama dengan detak jantung serta mengikuti keluar masuknya napas. Keluar masuknya napas yang dibarengi dengan kesadaran akan kehadiran Allah merupakan pertanda bahwa kalbu itu hidup dan berkomunikasi langsung dengan Allah. Sebaliknya, orang yang lupa mengingat Allah menunjukkan kalbunya mati, karena tidak ada komunikasi dengan Yang Mahahidup. Dalam literatur sufisme di Barat, zikir kalbu sering dilukiskan sebagai living presence—hidup dengan merasakan kehadiran Tuhan. Di dalam Alquran, Yang Mahahidup itu digambarkan sebagai Cahaya langit dan bumi. Maka, ketika tidak ada hubungan dengan sumber cahaya itu, kalbu pun tidak mendapat pancaran ca¬haya, sehingga gelap dan mati.